Pandemi COVID-19 berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik namun juga pada kondisi psikologis seseorang. Saat banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, anak muda yang masih aktif bekerja dituntut untuk tetap produktif dengan bekerja di kantor maupun di rumah meskipun merasa khawatir terpapar virus Corona dan berkurangnya kesempatan berinteraksi tatap muka dengan orang lain. Kondisi ini beresiko menurunkan kualitas hidup dan kebahagiaan pekerja muda. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi-dimensi kualitas hidup dengan kebahagiaan pada pekerja muda di masa adaptasi kebiasaan baru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah partisipan 127 yang berusia 20-40 tahun, bekerja di suatu instansi/perusahaan dan bertempat tinggal di Jakarta. Teknik pengambilan data yang digunakan incidental sampling. Kualitas hidup diukur dengan WHOQoL-BREF dan kebahagiaan diukur secara kognitif dengan menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan secara afektif dengan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Uji statistik korelasi Spearman’s Rank menunjukkan keempat dimensi kualitas hidup memiliki hubungan yang signifikan dengan kebahagiaan, yaitu kesehatan fisik (r= .467), kesehatan psikologis (r= .569), hubungan sosial (r= .419) dan lingkungan (r= .421). Perusahaan perlu memperhatikan kondisi dan situasi kerja para pekerjanya baik di kantor maupun di rumah karena pekerja yang bahagia diharapkan dapat berkarya secara optimal. Dalam pandangan Islam, kualitas hidup seseorang memiliki hubungan dengan kebahagiaan.