Teknik pewarnaan merupakan cabang ilmu yang mempelajari cara mewarnai jaringan atau struktur sel baik yang normal maupun patologis . Sebelum pewarna jaringan ditemukan sangat sulit untuk melihat struktur dibawah mikroskop. Anthonie van Leeuwenhoek kemungkinan merupakan orang pertama yang menggunakan pewarna jaringan dengan mengaplikasikan saffron atau bunga Crocus sativus atau di Indonesia dikenal dengan bunga Pacar yang berwarna ungu ke jaringan otot pada tahun 1714. Pewarna Carmine diperkenalkan oleh Goppert dan Cohn pada tahun 1849 dan Haematoksilin oleh Waldeyer tahun 1863. Penemuan besar bidang pewarna ditemukan tahun 1856 karena pada masa itu dikenalkan pewarna aniline yang digunakan pada industry kain. Sebelum struktur jaringan dapat diamati, jaringan tersebut harus dipersiapkan dengan cukup baik dan cukup tipis untuk dapat dilihat secara mikroskopis dan tiap organel sel dapat diamati secara khusus dengan tampilan warna yang berbeda tetapi tidaklah memungkinkan untuk mendemonstrasikan semua struktur dalam satu preparat sediaan maka banyak metode pewarnaan dikembangkan pada masa kini. (Culling, 1975). Warna pada satu jaringan bisa berbeda pada jaringan yang lain terkait dengan adanya ikatan pada molekul tertentu .Sinar yang dipancarkan dari mikroskop akan diserap oleh zat warna yang terikat pada jaringan sehingga struktur akan tampak berwarna. Jenis zat warna yang telah banyak dipakai sejak masa lalu hingga kini adalah Periodic Acid Schiff, Carmine, Giemsa, Trichrome Stain, Gram Stain, dan Haematoxylin . Pada tulisan lalu saya mengkhususkan untuk menulis jenis-jenis pewarnaan sederhana yang banyak dipakai di laboratorium untuk keperluan pendidikan khususnya Bagian Histologi. Sedangkan pada tulisan kali ini lebih kepada membandingkan antara pewarnaan van gieson dan masson trikrom untuk melihat serat kolagen.