Multiple sklerosis merupakan penyakit autoimun yang dimediasi oleh sel T dan memungkinkan menjadi mediator inflamasi dan merusak sistem saraf pusat. Kerusakan mielin diakibatkan oleh aktifnya limfosit T. Salah satu terapi multiple sklerosis adalah menggunakan DMT (disease modifying theraphy) dengan harapan lebih baik ditoleransi dan lebih aman bila diberikan dalam jangka panjang. Tersedia DMT (disease modifying theraphy) dalam bentuk suntikan dan oral. Namun, pemakaian obat ini secara parenteral yang sering dan teratur menjadi beban bagi pasien yang dapat mengakibatkan ketidakpatuhan. Selain itu, tidak semua pasien merespons secara adekuat terapi obat ini. Maka disediakan obat oral untuk mengatasi hal ini.
Tujuan dari skripsi ini adalah memberikan informasi mengenai penggunaan teriflunomide sebagai terapi multiple sklerosis relaps ditinjau dari segi kedokteran dan Islam.
Menurut pandangan kedokteran, teriflunomide memiliki efek antiinflamasi. Penggunaan teriflunomide dapat menurunkan kejadian relaps/kekambuhan, menurunkan proporsi pasien yang mengalami progresivitas kecacatan, dan menurunkan aktivitas penyakit serta memberikan kemudahan dalam masa pengobatan dan terbukti aman untuk pasien multiple sklerosis relaps.
Menurut pandangan Islam, penggunaan teriflunomide boleh diberikan pada pasien multiple sklerosis karena bermanfaat untuk menurunkan tingkat kekambuhan, menurunkan akumulasi kecacatan serta memiliki efek samping yang ringan. Penggunaan teriflunomide ini sebagai upaya menegakkan kemaslahatan manusia, yaitu pemeliharaan jiwa (Hifzh al-Nafs) dan pemeliharaan agama (Hifzh al-Din).
Ilmu kedokteran dan ajaran Islam sependapat bahwa penggunaan teriflunomide memberikan manfaat pada pasien multiple sklerosis relaps.
Kepada masyarakat, para ulama dan para peneliti diharapkan mencari atau memberikan informasi mengenai pentingnya penggunaan teriflunomide sebagai terapi multiple sclerosis relaps.