Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan kebersyukuran dan resiliensi keluarga terhadap kecemasan pada mahasiswa. Tuntutan yang dihadapi mahasiswa, berupa akademik, non-akademik, keluarga, hingga tugas perkembangan berpotensi menyebabkan kecemasan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecemasan berkorelasi negatif dengan kebersyukuran, begitu pula kecemasan dengan resiliensi keluarga, dimana semakin tinggi kebersyukuran dan semakin tinggi resiliensi keluarga yang dipersepsikan individu, kecemasannya cenderung rendah. Sampel penelitian ini adalah 400 mahasiswa di Jakarta dengan menggunakan teknik quota sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur DASS-21, Skala Kebersyukuran Versi Indonesia, dan Walsh Family Resilience Questionnaire. Hasil uji regresi berganda menemukan bahwa kebersyukuran berperan secara signifikan terhadap kecemasan pada mahasiswa. Akan tetapi, resiliensi keluarga tidak berperan secara signifikan terhadap kecemasan pada mahasiswa. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,170 (F=40,773, p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 17,0% varians kecemasan dapat diprediksi oleh kebersyukuran, sementara 83% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Temuan ini sejalan dengan konsep Islam bahwa individu yang bersyukur akan selalu mengingat Allah SWT dan mampu mengekspresikan syukur yang mereka miliki dengan hati, lisan, dan perbuatan, sehingga ia mampu mengatasi kecemasan yang hadir. Namun penelitian ini menemukan bahwa resiliensi keluarga tidak berperan terhadap kecemasan. Hal tersebut tidak sejalan dengan konsep Islam bahwa keluarga yang penuh dengan kesabaran dan terus bertawakal kepada Allah SWT dapat membangun individu tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas, yang dapat mengatasi kecemasannya.