Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, angka perceraian terus meningkat
seiring dengan perubahan zaman dan terjadinya perubahan nilai-nilai sosial.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam meminimalisir penumpukan perkara
perceraian di pengadilan yaitu dengan mediasi karena bermanfaat bagi para pihak
yang bersengketa dan juga bagi Pengadilan. Salah satu pengadilan yang
menangani perkara perceraian paling banyak yaitu di Pengadilan Agama Jakarta
Pusat. Dari latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah yaitu:
bagaimana tingkat keberhasilan mediasi dalam meminimalisir perkara perceraian
di Pengadilan Agama Jakarta Pusat dan hal apa saja yang melatarbelakangi
terjadinya keberhasilan dan kegagalan proses mediasi perkara perceraian di
Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode normatif-empiris. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
penulis yaitu dengan wawancara serta mempelajari dokumen terkait. Setelah itu
penulis melakukan analisis terhadap data primer dan data sekunder dengan
menggunakan metode kualitatif. Dari hasil penelitian penulis dapat ditarik
kesimpulan bahwa, tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Jakarta
Pusat dilihat dari data 2017-2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Mediasi dalam perkara perceraian sesuai dengan hukum Islam dan ajaran
Rasulullah SAW. Dengan menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah yang
disebut dengan hakam atau mediator demi tercapainya upaya perdamaian.