Gigi insisif sentral permanen maksila merupakan gigi anterior yang paling berisiko
mengalami cedera patah gigi. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa frekuensi
patah gigi tertinggi pada usia 17-25 tahun dengan total persentase 53,5%. Perawatan
menggunakan gigi tiruan cekat saat ini semakin dikenal masyarakat karena desain
sederhana, nyaman, dan estetik yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
rata-rata lebar pulpa gigi insisif sentral permanen maksila pada usia 17-25 tahun
sebagai salah satu cara menghindari terjadinya perforasi pulpa pada saat melakukan
preparasi gigi untuk mengaplikasikan gigi tiruan crown dan tinjaunnya dari sisi
Islam. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif cross sectional. Subjek
penelitian adalah pasien RSGM YARSI berusia 17-25 tahun. Sebanyak 36 pasien
dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengukur lebar mesio-distal gigi insisif sentral permanen maksila
secara langsung, kemudian disubstitusi dengan pengukuran foto rontgen. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji Deskriptif. Tinjauan Islam diperoleh
menggunakan literature review. Hasil analisis didapatkan rerata lebar pulpa gigi 11
sebesar 3,40 mm dengan nilai minimum 2,47 mm pada usia 21 dan 25 tahun,
sedangkan nilai maksimum sebesar 4,58 mm pada usia 17 tahun. Rerata lebar pulpa
gigi 21 sebesar 3,39 mm dengan nilai minimum 2,20 mm pada usia 21 tahun dan
maksimum sebesar 4,92 mm pada usia 23 tahun. Berdasarkan hasil penelitian
kesimpulannya adalah gigi insisif sentral permanen maksila pada usia 17-25 tahun
diindikasikan dapat dilakukan restorasi crown. Memilih perawatan harus tepat,
guna menghindari kemudharatan bagi pasien itu sendiri.
|