Gangguan spektrum autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan terhambatnya kemampuan berkomunikasi verbal / non-verbal, interaksi sosial dan perilaku, seperti perilaku berulang (repetitif) dan kurangnya rasa ketertarikan terhadap lingkungan sekitarnya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah memahami dan mampu menjelaskan mengenai efektivitas dan keamanan pemberian N-asetilsistein (NAC) sebagai terapi gangguan autisme ditinjau dari sudut pandang kedokteran dan Islam.
Analisis literatur menunjukkan bahwa NAC secara signifikan memperbaiki perilaku iritabilitas, menurunkan perilaku menggigiti kuku, hiperaktivitas dan inatensi, meningkatkan interaksi sosial, kemampuan verbal dan komunikasi penderita autisme. Pemberian NAC terbukti aman dan minim efek samping.
Menurut pandangan Islam, NAC merupakan salah satu zat yang menyehatkan badan serta dapat dijadikan pengobatan untuk berbagai penyakit termasuk gangguan autisme. Komposisi NAC tidak bersinggungan dengan unsur yang diharamkan. Selain itu, NAC juga memberikan berbagai maslahah pada penderita autisme sehingga dikatakan NAC dapat memelihara tujuan syariat Islam yang meliputi pemeliharaan nyawa, akal, harta agama dan keturunan.
Kedokteran dan Islam sependapat mengenai pemberian NAC sebagai suplemen tambahan pada terapi gangguan autisme tidak bertentangan dengan syariat Islam karena tidak mengandung unsur yang diharamkan dan memberikan berbagai maslahah pada penderita seperti memperbaiki perilaku iritabilitas, menurunkan perilaku menggigiti kuku, hiperaktivitas dan inatensi, meningkatkan interaksi sosial, kemampuan verbal dan komunikasi. Pemberian NAC pada autisme dapat memelihara tujuan syariat Islam.
Dianjurkan kepada peneliti untuk mengkaji lebih mendalam mengenai efektivitas NAC dan efek sampingnya bila dikonsumsi jangka panjang; kepada dokter untuk mempertimbangkan suplementasi NAC ke dalam pengobatan autisme konvensional; kepada ulama untuk bekerja sama dengan dokter dalam membuat legalisasi dan sertifikat kehalalan pada NAC.