Guru yang mengajar pada sekolah inklusi menganggap dirinya tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus, sehingga memunculkan sikap menolak serta keyakinan yang lemah. Keyakinan bahwa guru mampu untuk menjalani tugasnya dalam konteks psikologi dikenal dengan efikasi guru. Salah satu yang membentuk efikasi guru dalam menjalani pendidikan inklusi adalah sikap guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian non-eksperimen dan desain penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui peran sikap guru dalam dimensi kognitif, afektif, konatif terhadap efikasi guru dalam pendidikan inklusi di SD Negeri DKI Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 143 guru yang mengajar di SD Negeri DKI Jakarta, yang diolah menggunakan teknik incidental sampling. Alat ukur Teacher Efficacy for Inclusive Practice (TEIP) digunakan untuk mengukur efikasi guru konteks pendidikan inklusi dan alat ukur Multi-dimensional Attitude toward Inclusive Education Scale (MATIES) untuk mengetahui sikap guru yang mengajar sekolah inklusi. Berdasarkan Uji Regresi Linear Tiga Prediktor, hasil yang diperoleh adalah sikap guru dalam dimensi kognitif, afektif dan konatif memiliki peran yang signifikan terhadap efikasi guru (R2 = 0.355, F(3,139) = 25.549, p= 0,000). Kontribusi terbesar terdapat pada sikap kognitif. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu rujukan untuk meningkatkan keyakinan yang dimiliki guru melalui peningkatan keterampilan mengajar dalam setting inklusi khususnya mengembangkan tujuan pembelajaran dan kurikulum untuk siswa regular maupun siswa berkebutuhan khusus. Sikap guru secara kognitif, afektif, dan konatif dalam perspektif Islam membantu guru berikhtiar dalam menerapkan keberhasilan pendidikan inklusi maka guru akan menjadi lebih yakin untuk menerapkan pendidikan inklusi.