Kecelakaan lalu lintas masih menjadi permasalahan di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah di DKI Jakarta. Menurut Korlantas (2018) Kecelakaan lalu lintas yang paling tinggi adalah kecelakaan bermotor sebanyak 34,8 ribu sedangkan kecelakaan mobil sebanyak 7,3 ribu. Kecelakaan lalu lintas terjadi akibat faktor kelalaian manusia dalam berkendara (human error) dengan mendapatkan angka yang paling tinggi yaitu mencapai 80-90 %. Dapat dikatakan bahwa kecelakaan lalu lintas terjadi karena perilaku mengemudi berisiko. Faktor yang dapat mempengaruhi manusia saat mengemudi adalah faktor psikologis salah satunya adalah emosi (Nurdjanah & Puspitasari, 2017). Emosi yang sering muncul ketika berkendara adalah emosi marah, cemas, dan bahagia. Pengemudi harus mampu meregulasi emosi negatif yang dirasakannya agar tidak mengalami dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan regulasi emosi dengan perilaku mengemudi mobil berisiko pada remaja di Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 55 mahasiswa yang berusia 18-24 tahun dengan menggunakan instrumen simulator city car driving. Teknik pengambilan data dengan menggunakan accidental sampling. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah strategi regulasi emosi reappraisal berkorelasi dengan perilaku mengemudi berisiko khusunya pada mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata. Hasil penelitian dapat memberikan saran kepada para pengemudi, khususnya remaja pengemudi mobil di Jakarta untuk memahami bagaimana cara meregulasi emosi saat mengemudi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas atau mengurangi risiko di jalan raya. Disamping itu, terdapat kesesuaiam hasil utama dengan pandangan Islam bahwa regulasi emosi berhubungan positif dengan perilaku mengemudi berisiko.