Fenomena perceraian, perselingkuhan dan menikah di usia muda yang terjadi memiliki hubungan dengan kesiapan menikah. Kesiapan menikah didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kemampuannya untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dalam kehidupan pernikahan. Menurut Islam, pernikahan merupakan sunnatullah dan kesiapan menikah dalam Islam dilakukan dengan cara berta’aruf. Terdapat sejumlah faktor yang dapat mepengaruhi kesiapan individu untuk menikah, salah satunya adalah gaya kelekatan aman. Menurut literatur, gaya kelekatan aman memiliki peran untuk meningkatkan kesiapan menikah individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran gaya kelekatan aman terhadap kesiapan menikah individu dewasa muda serta bagaimana tinjauannya dalam Islam. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan 207 partisipan dan menggunakan alat ukur The Personal Readiness for Marriage Scale yang disusun oleh Holman, Larson dan Harmer (1994) dan Attachment Style Questionnaire yang disusun oleh Bartholomew dan Horowitz (1991) dan sudah diterjemahkan serta aitemnya sudah disesuaikan dengan budaya Indonesia oleh Fitriana dan Fitria (2016). Uji regresi sederhana menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman memiliki peran yang signifikan terhadap kesiapan menikah (p= 0,010, R2= 0,032). Persamaan regresi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Y = 61,738 + 0,497X. Salah satu kekurangan penelitian ini adalah peneliti hanya mengukur kesiapan menikah dari satu pihak saja, untuk mencapai kepuasan pernikahan diperlukan kesiapan menikah dari kedua belah pihak. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan kontribusi pemikiran serta bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dan bahan masukan untuk para psikolog keluarga, konselor pernikahan, dan Kantor Urusan Agama (KUA) mengenai bagaimana peran gaya kelekatan aman terhadap kesiapan menikah individu.