Remaja merupakan masa transisi dan kritis bagi perkembangan seseorang karena mereka dihadapkan pada berbagai tugas perkembangan yang berbeda dari masa sebelumnya. Seringkali kegagalan remaja dalam mencapai tugas perkembangan, membuat remaja rentan mengalami gangguan psikologis seperti depresi. Depresi merupakan masalah yang serius yang terjadi pada remaja. Oleh karena itu, perlu adanya kemampuan resiliensi dan empati pada remaja untuk mencegah kemunculan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran resiliensi dan empati terhadap depresi pada remaja. Sampel yang digunakan berjumlah 230 orang remaja berusia 12-20 tahun yang berdomisili di Jakarta. Penelitian ini menggunakan skala Center for Epidemiologic Studies Depression Scale Revised-10 (CESDR-10) untuk mengukur depresi, Connor Davidson-Resilience Indicator Scale (CD-RISC) untuk mengukur resiliensi, dan Basic Empathy Scale (BES) untuk mengukur empati. Hasil pengujian menunjukkan bahwa resiliensi berperan secara signifikan memprediksi depresi yang lebih rendah pada remaja sebesar 1,8%, sedangkan empati berperan secara signifikan memprediksi depresi yang lebih tinggi pada remaja dengan kontribusi sebesar 2%. Hasil lain juga menunjukkan bahwa resiliensi dan empati khususnya empati afektif secara bersama-sama berperan terhadap depresi pada remaja sebesar 5,5%. Perspektif Islam menjelaskan bahwa setiap orang seringkali dihadapkan pada masalah dan cobaan. Adanya cobaan atau musibah tidak jarang menjadikan remaja mengalami depresi. Oleh karena itu diperlukan adanya sikap tangguh dan sabar dalam menghadapi cobaan tersebut, juga ditambah lagi dengan adanya sikap saling tolong menolong dengan orang lain, membantu remaja untuk lebih dapat menghadapi masalah sehingga tidak menyebabkan depresi.