Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam suatu sistem masyarakat. Pada hakikatnya,
keluarga adalah lingkungan pertama anak untuk tumbuh dan berkembang. Dalam keluarga pula,
seorang anak menemukan figur lekatnya dan belajar bersosialisasi. Pengalaman apapun yang
terjadi dalam sebuah keluarga, termasuk terjadinya perceraian, akan berdampak bagi setiap anggota
keluarga yang ada, tak terkecuali terhadap anak. Sebuah perceraian dapat memunculkan pengertian
bagi anak bahwa ayah dan ibunya berpisah dan ia tidak dapat lagi bersama dengan kedua
orangtuanya dalam satu waktu dan satu atap. Sejumlah pertanyaan juga mungkin akan
bermunculan di benak anak ketika mengetahui bahwa kedua orangtuanya bercerai dan ia harus
menerima keadaan untuk berpisah dengan salah satu orangtuanya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dinamika dari dampak jangka pendek dari perceraian orang tua terhadap anak
yang terjadi pada saat anak berada pada usia remaja. Penelitian ini dilakukan terhadap dua orang
subjek, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus, dimana
metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perceraian orang tua yang dialami oleh kedua subjek memberikan lebih banyak dampak
negatif (kesejahteraan psikologis, emosi negatif , depresi, kesulitan dalam penyesuaian diri, agresi,
stres, masalah dalam kompetensi sosial, masalah dalam kompetensi di sekolah, menjalankan peran
yang lebih dewasa dalam keluarga, pikiran negatif tentang hubungan romantis, perilaku negatif,
dan loyalitas terhadap salah satu orang tua) dibandingkan dengan dampak positif yang mereka
rasakan.