|
Data epidemiologi mengenai prevalensi maloklusi anterior merupakan faktor
penentu penting dalam tingkat perencanaan yang tepat untuk layanan ortodontik.
Terjadinya anomali oklusi bervariasi antara negara yang berbeda, etnis, dan
kelompok umur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bermacam
kasus besar prevalensi maloklusi anterior di sekolah Dasar Negeri Renged I pada
kelompok usia 8-9 tahun dan 10-12 tahun. Penelitian melibatkan 106 anak sekolah
usia 8-12 tahun. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Hasil uji statistik menunjukkan, hanya 7 anak (6,6%) memiliki oklusi normal, dan
99 anak (93,4%) mengalami maloklusi anterior. Jenis kasus maloklusi anterior
terbanyak adalah gigi berjejal sebanyak 38 kasus (25,65), gigi bercelah sebanyak
27 kasus (17,55%), gigi protrusif sebanyak 27 kasus (17,55), gigitan dalam
sebanyak 21 kasus (14,0%), gigitan terbuka sebanyak 21 kasus (14,0%), dan
gigitan silang sebanyak 17 kasus (11,3%) dari total kasus sebanyak 151 kasus.
Disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna pada kelompok usia dengan gigi
berjejal, kelompok usia dengan gigi bercelah, dan kelompok usia dengan gigitan
silang (p < α = 0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada jenis kelamin
dengan seluruh jenis kasus maloklusi dan hubungan kelompok usia dengan gigi
protrusif, gigitan dalam serta gigitan terbuka (p > α = 0,05). Menurut tinjauan
Islam gigi yang mengalami kelainan oklusi diperbolehkan melakukan perawatan
dengan niat utama untuk berobat.
|