Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang berkembang dengan cepat, adanya gangguan fungsi serebral, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain yang berasal dari vaskular. Sekitar 70% stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak oleh karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Istilah neuroproteksi ditujukan kepada mekanisme yang melindungi sel saraf (neuron) dari apoptosis atau degenerasi sebagai hasil dari lesi di otak atau penyakit neurodegeneratif kronik. Salah satu obat yang dianggap memiliki efek neuroprotektor adalah citicoline.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang efektivitas neuroprotektif pada pasien stroke hemoragik ditinjau dari kedokteran dan Islam.
Menurut kedokteran, pemberian neuroprotektif dapat membantu sintesis membran, mengurangi kadar asam lemak bebas dan memacu pertumbuhan kembali sel-sel saraf terutama di daerah penumbra, namun kurang efektif pada pasien stroke hemoragik.
Menurut agama Islam, pemberian neuroprotektif pada pasien stroke hemoragik dilihat dari segi tujuan dan substansi yang digunakan maka hukumnya diperbolehkan sebagai upaya menegakkan memelihara agama, jiwa, keturunan, akal dan harta, bila dilihat dari segi manfaat maka hukumnya makruh karena tidak begitu memberikan manfaat.
Ilmu kedokteran dan ajaran Islam sejalan bahwa penggunaan obat-obatan neuroprotektif pada pasien stroke hemoragik diperbolehkan namun manfaatnya perlu dipertimbangkan.
Dokter muslim disarankan untuk terus belajar dan cermat dalam menegakkan diagnosis stroke hemoragik secara dini, sehingga dapat memberikan pengobatan yang terbaik.
Kata Kunci : Neuroprotektif, Stroke Hemoragik