Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat penyebab kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk mendeteksi histidine-rich protein (HRP-2), parasite lactate dehidrogenase (pLDH), dan Plasmodium aldolase serta PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi DNA parasit sedang dikembangkan karena mempunyai kelebihan dibanding pemeriksaan mikroskopis yaitu lebih cepat, lebih sederhana, lebih sensitif dan non-mikroskopik dalam menegakan diagnosis. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui perbandingan tentang spesifisitas serta sensitifitas penggunaan Rapid Diagnostic Test dan PCR pada pasien malaria ditinjau dari aspek kedokteran dan Islam. Kedokteran dan Islam sependapat bahwa manfaat penggunaan alat PCR dan RDT lebih banyak daripada mudharat nya sehingga penggunaan tindakan PCR dan RDT dalam upaya diagnosis penyakit malaria diperbolehkan sesuai dengan kaidah fiqhiyyah “Asal sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya”. Malaria merupakan suatu penyakit berat yang disebabkan oleh parasit. Orang yang terkena adalah orang yang sedang diuji oleh Allah SWT, di mana seorang hamba Allah wajib bersabar atas segala bentuk ujian untuk menguji keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya. PCR dan RDT dapat mendiagnosis malaria secara cepat dan tepat sehingga paramedis dapat memberi pengobatan yang efektif. PCR dan RDT merupakan perkembangan ilmu pengetahuan di mana manusia wajib belajar dan mempelajari tanda-tanda kebesaran Allah karena tidak ada yang sia-sia terhadap sesuatu yang Allah ciptakan. Bagi kalangan medis di Indonesia, agar meningkatkan pemberian promosi tentang deteksi dini malaria dan memperbanyak alat deteksi seperti PCR dan RDT sehingga dapat digunakan secara luas.