Abses peritonsil adalah akumulasi nanah lokal di jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai akibat tonsilitis supuratif. Data epidemiologi menunjukkan insiden dari abses peritonsil di Amerika Serikat adalah sekitar 30 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya, dan diduga 45.000 kasus baru muncul setiap tahunnya. Penanganan abses peritonsil yang umum dilakukan berupa aspirasi dengan jarum, insisi, drainase, antibiotika, tindakan operasi berupa tonsilektomi. Pada penyakit abses peritonsil dibutuhkan tindakan drainase segera. Aspirasi jarum (needle aspiration) merupakan salah satu dari prosedur drainase yang dinilai efektif dan sederhana. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengaspirasi nanah dan dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Tingkat keberhasilan aspirasi jarum (needle aspiration) adalah 94-96%. Dalam syariat Islam, tindakan aspirasi jarum (needle aspiration) diperbolehkan selama tujuannya adalah untuk menyembuhkan dan memiliki keuntungan serta terbukti efektif sebagai terapi abses peritonsil. Efektivitas tindakan ini terlihat dari angka keberhasilan yang tinggi dan keuntungan yang ada. Tindakan aspirasi jarum (needle aspiration) pada pasien abses peritonsil pada dasarnya sesuai dengan kaidah fighiyyah dan dapat dilakukan selama tindakan tersebut memberikan manfaat dan tidak mendatangkan mudharat. Tetapi apabila terapi tindakan aspirasi jarum (needle aspiration) mendatangkan lebih banyak mudharat dari manfaatnya, maka tindakan ini tidak boleh dilakukan. Keselarasan pendapat dalam kedokteran dan Islam bahwa tindakan aspirasi jarum (needle aspiration) dapat digunakan sebagai prosedur penatalaksanaan pada pasien dengan abses peritonsil. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui efektivitas aspirasi jarum (needle aspiration) pada pasien abses peritonsil ditinjau dari aspek Kedokteran dan Islam.